Semarang, Kota Bekas Laut?


Semarang, Kota Bekas Laut?
Percaya atau tidak, dahulu pada tahun 1400 M Kota Semarang merupakan laut dengan gugusan pulau-pulau kecil. Garis pantainya diperkirakan berada di daerah Peterongan yang saat ini berjarak 6,8 km dari bibir pantai. Kelenteng Sam Po Kong dahulunya merupakan tempat pendaratan armada kapal Laksamana Cheng Ho. Artinya bahwa hampir separuh dari Kota Semarang dahulu merupakan daerah laut yang kini berubah menjadi daratan. Menurut Ir Fauzi M.T. (Kepada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) dan ESDM Kota Semarang) pada abad ke-14 garis pantai berada di sepanjang Peterongan hingga Gedungbatu. Seiring perjalanan waktu, garis pantai semakin maju ke arah lepas pantai. Hal ini juga didukung oleh kutipan Amen Budiman (Sejarawan Semarang) dalam bukunya ‘Semarang Riwayatmu Dulu’ yang mengutip Prof. Dr. Ir RW van Bemmelen (pakar geologi Belanda) mengungkapkan bahwa lima abad lalu diperkirakan “kota bawah” Semarang - kawasan Simpanglima masih berupa lautan. Jalur pantai yang berupa tanah muda di Semarang berkembang cepat, yakni dua kilometer selama 2,5 abad. Hingga kini, bila diukur lurus ke utara jarak dari kawasan Petarongan hingga pesisir pantai paling ujung Kota Semarang berkisar 6.8 km dalam kurun waktu 6 abad.
Penyebab utama dari akresi garis pantai Kota Semarang dari tahun 1400M hingga sekarang adalah pengendapan sedimen yang berasal dari sungai-sungai yang ada Kota Semarang yang terjadi secara terus menerus yang akhirnya membentuk sebuah daratan. Kemajuan garis pantai Kota Semarang yang terjadi selama kurun waktu 3 abad memunculkan lahan baru namun pada saat itu belum ada perubahan hingga pada akhir abad 17 mulai adanya pembangunan di daerah “kota bawah” yang terjadi pada lahan yang dulunya merupakan bekas laut tersebut. Tumbuh berbagai macam kegiatan pada awal abad ke-18 ditandai dengan adanya kawasan Kota Lama yang merupakan pusat Kota Semarang pada masa Belanda. Pendudukan belanda selama hampir 1,5 abad di Semarang memicu berbagai pembangunan dan pertambahan jenis kegiatan. Dari mulai pusat kota hingga pelabuhan memiliki kegiatannya masing – masing hingga sekarang. Kondisi ini menyebabkan bagian bawah semarang tersebut mulai padat. Mengingat dahulu merupakan daerah laut dan bertanah gembur yang mengalami perkerasan menjadi salah satu alasan mengapa Kota Semarang bagian bawah sering terdampak bajir rob. Sejarah rob di Semarang sendiri sudah lama menjadi isu sejak pendudukan Belanda pada abad 17 hingga kini menjadi masalah perkotaan yang paling sering dan berdampak besar terhadap kehidupan di Kota Semarang.
  

Komentar